Maafkanlah, Agar Allaah Pun Memaafkanmu

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
 
Aku hanya ingin Allaah berkenan memaafkan segala dosa-dosaku, maksiatku, khilafku, hingga sudah seharusnyalah aku pun memaafkan kesalahan orang lain. Bukankah kita semua ingin masuk surga? Bukankah kita juga ingin dimaafkan Allaah dan manusia? Karena itu berbesar hatilah untuk memaafkan, karena maaf kita adalah kebaikan yang kita tanam, dan akan kita tuai juga hasil baiknya.
Aamiin aamiin aamiin yaa rabbal ‘aalamiinMemang, melupakan sekaligus memaafkan  kesalahan orang lain termasuk  perbuatan yang sangat berat. Seolah-olah pekerjaan memindahkan sebuah gunung  dan  bukit. Apalagi luka yang mereka ukir  di dalam sanubari kita  begitu dalam dan lebar. Sepertinya  mudah diucapkan tapi tidak semua orang mampu melakukan dengan ikhlas.
 
Namun kita tetap dituntut untuk memaafkan, terlebih ketika dia sudah meminta maaf kepada kita.
 
Mengapa demikian? Bukankah kita ketika berbuat salah juga ingin dimaafkan? Karena itu maafkanlah dia.
 
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah  bersabda :
 
“Barang siapa yang didatangi  saudaranya yang hendak meminta maaf , hendaklah memaafkannya, apakah ia berada di pihak  yang benar atau kah yang salah, apabila tidak melakukan hal  tersebut (memaafkan), niscaya tidak akan mendatangi telagaku (di akhirat)” [HR Al-Hakim]
 
“Barangsiapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allaah memberinya maaf pada hari kesulitan [HR Ath-Thabrani]
 
“Barangsiapa senang  melihat bangunannya  dimuliakan, derajatnya ditingkatkan , maka hendaklah dia mengampuni  orang yang bersalah kepadanya, dan menyambung (menghubungi) orang yang pernah  memutuskan hubungannya dengan dia “ [HR Al-Hakim]
 
“Jika hari kiamat tiba, terdengarlah suara panggilan, “Manakah orang-orang yang suka mengampuni dosa  sesama manusianya?” Datanglah kamu kepada Tuhan-mu dan terimalah pahala-pahalamu. Dan menjadi hak setiap muslim jika ia memaafkan kesalahan orang lain untuk masuk surga.” [HR. Adh-Dhahak dari ibnu Abbas Ra]
 
Fudail bin Iyad berkata : “Jiwa kesatria ialah  memafkan kesalahan-kesalahan saudaranya.”
 
Anas RA berkata  : “Ketika Rasulullaah Shalallahu Alaihi Wassallam  duduk diantara kami, tiba-tiba ia tersenyum  sehingga nampak gigi serinya, maka Umar bertanya : ”Apakah yang menyebabkan  tertawamu yaa Rasulullaah?”
Beliau menjawab  : ”Ada dua orang  berlutut  di hadapan Tuhan Rabbul Izzati. Lalu yang satu berkata : ”Aku menuntut hakku yang dianiaya oleh kawanku itu.”
Maka Allaah menyuruh orang yang menganiaya :”Kembalikan haknya” .
Orang itu menjawab :”Tiada sesuatupun hasanahku  (kebaikanku)”.
Maka berkatalah orang yang menuntut itu : ”Suruhlah ia menanggung dosaku”.
 
Tiba-tiba Rasulullaah Shalallahu Alaihi Wasallam  mencucurkan air matanya menangis sambil bersabda : ”Sesungguhnya hari itu sangat ngeri, hari di mana tiap-tiap orang ingin kalau orang lain menanggung dosanya. Lalu Allaah Ta’ala berfirman kepada yang menuntut :
“Lihatlah ke atas kepalamu, perhatikanlah surga-surga itu. Maka ia mengangkat kepalanya lalu berkata : “Ya Tuhan, aku melihat gedung-gedung dari emas yang bertaburkan mutiara, untuk nabi yang manakah?”
Allaah menjawab :”Itu  untuk siapa saja yang membayar harganya.”
Ia bertanya : “Siapakah  yang dapat membayar harganya?”
Allaah menjawab :” Engkau mempunyai harganya.”
Ia berkata : “Apakah itu Ya Tuhan?”
Allaah menjawab :” Memaafkan kawanmu itu.”
Langsung ia berkata  : “Aku memaafkan dia “
Maka Allaah berfirman :”Peganglah tangan kawanmu itu dan masuklah  kalian berdua ke surga “
Kemudian Rasulullaah membaca “Fattaqullaaha wa ashlihuu dzaata bainikum, sebab Allaah memperbaiki (mendamaikan) antara  kaum mukminin di hari kiamat“ [HR Abu ya’la Al Maushili]
 
Nabi Muhammad bersabda kepada Uqbah : “Ya Uqbah, maukah engkau kuberitahukan  tentang akhlak penghuni dunia akhirat yang paling utama? “Apa itu Ya Rasulullaah? . “Yaitu  menghubungi orang yang memutuskan hubungan denganmu, memberi orang yang menahan pemberiannya  kepadamu, memaafkan orang-orang yang pernah menganiayamu.“ [HR Al-Hakim dari Uqbah bin Amir Al-Juhani]
 
 
Sementara itu, kalau ia belum mau taubat dan minta maaf, maka doakanlah agar suatu saat dia menyadari akan kesalahan yang dia lakukan dan bertaubat atasnya. Kalau kita tidak mau memafkannya sama artinya kita membiarkannya  menanggung dosa dan berjalan menuju  ke  neraka. Jika demikian alangkah naifnya kelak kita di hadapan  Allaah.
 
Janganlah kita bersikukuh untuk enggan memaafkan orang lain, karena akan menyebabkan dosa kita tidak pernah diampuni oleh Allaah. Bukankah ini merupakan kerugian besar  yang menimpa seseorang?!
 
“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allaah mengampunimu? Dan Allaah adalah maha pengampun lagi maha penyayang.” [QS. An-Nuur :22]
 
“Barangsiapa yang tidak mau memberi ampun  kepada orang, maka ia tidak akan diberi ampun.“ [HR. Ahmad dari Jabir bin Abdullah Ra]
 
Mari kita belajar dari sifat pemaafnya Allaah kepada  para hambaNya yang telah membunuh para waliNya.  Sifat pemaaf Rasulullaah pada umat yang menyakitinya. Teladan para sahabat yang  mau berlapang dada kepada saudaranya yang telah menyinggung perasaannya.
 
Ucapkanlah ucapan kasih sayang  padanya :
“Pada hari ini tidak ada cercaan kepada kamu , mudah-mudahan Allaah mengampuni (kamu) ,dan Dia adalah Maha Penyayang diantara Penyayang.”  [QS. Yusuf :92]
 
Inilah ucapan Nabi Yusuf  AS kepada saudaranya, ketika mereka minta maaf atas kesalahan yang mereka lakukan di masa lalu
 
 
Wallahu a’lam bishawwab

Sumber :
https://m.facebook.com/notes/beranda-kita/-jika-kita-enggan-memaafkan-maka-allah-tidak-akan-pernah-memaafkan-kita-/155488151184552

Leave a comment